Tuesday, May 27, 2014

Promise, rel?



Farel selalu tau saat dimana wanitanya ini sedang tidak mood, ia memang sangat perhatian dengan mimik wajah dan gesture tubuhku.  Aku tidak tahu apakah aku yang tidak bisa menutupi darinya atau memang ia yang pandai sekali membaca pikiranku. Entahlah, yang jelas saat ini aku memang benar-benar sedang tidak mood 

“kenapa ra?” tanyanya sambil menatapku, seolah penasaran sekali dengan apa yang membuat kekasihnya ini murung

aku hanya menggeleng, kemudian memanggil ibu kantin untuk memesan minum. Dengan harapan semoga saja saja setelah minum perasaanku jauh lebih baik 

“kenapa aira?” tanyanya lagi dan sekarang sedikit mengeraskan suaranya

“aku engga apa-apa” ucapku mencoba tersenyum 

“bilang ngga!!” ucap farel sedikit memaksaku bercerita

“dosen itu buat aku nangis di kelas tadi” kataku murung 

“di apain kamu?”

“udahlah, forget it!” 

“masih engga mau cerita sama aku?"

“tadi aku dipermaluin di kelas, dibilang engga punya sopan santun, dan yang paling buat aku sakit hati dia bilang kenapa bisa kampus ini nerima orang kaya aku” kataku sambil meneteskan air mata ‘aku tau, aku salah. Saat itu aku emang lagi berebut bahan kuliah sama temen sebelahku, itu sambil bercanda rel, tapi kenapa harus ngomong sekasar itu?” 

“tadi juga dosen itu buat aku marah, dia nuduh aku engga bikin makalah, dia rendahin aku di depan anak-anak. aku harus lapor dosen wali ra”

aku menggeleng “engga rel, engga udah di perpanjang. Nanti malah nilai kamu jadi taruhannya” 

“aku engga peduli dapet nilai D atau E sekalipun, ini engga bisa didiemin terus ra, makin banyak nanti mahasiswa yang sakit hati karena perkataannya” ucap farel mulai emosi

Farel adalah orang paling keras kepala yang aku kenal, meskipun aku larang sambil memohon sekalipun ia tak pernah mendengarkan ucapanku. Tapi walaupun dia keras kepala dia akan luluh saat melihat air mata dari seorang yang ia cintai terjatuh 

Aku menggenggam tangannya dan memohon sambil menangis agar tidak lagi memperpanjang masalah ini. Aku tak tahu apakaah ia mendengarkan ucapanku atau tidak yang jelas ia hanya terdiam. Dan setelah beberapa menit kemudian ia mengeluarkan suara

“jangan nangis lagi, anggap aja engga pernah terjadi” ucapnya sambil membantuku menghapus air mata 

Aku mengangguk dan mencoba tersenyum

“rel” sapaku lembut “kamu selamanya sama aku kan? Aku engga bisa ngelewatin semuanya sendirian, Aku takut.” 

“takut kenapa?” tanyanya

“yaaa, takut aja. baru diginiin aja aku udah nangis apalagi skripsi nanti? Pasti lebih kejam lagi kata-katanya” 

“hahaha kamu harus kebal dong, kamu harus kuat. Engga boleh cengeng” ucapnya memberiku semangat

“kuatin aku rel” 

“kamu harus bisa sendiri, kalau kamu engga dibiasain mandiri kamu bakal manja terus, kapan gedenya coba? Ucapnya sambil meledekku dan menjulurkan lidahnya

“nyebelin banget sih, aku udah gede tau!” ucapku kesal 

“kalau gitu kamu harus mandiri, aira, engga selamanya aku berada di samping kamu, aku engga bisa terus-terusan 24 jam jagain kamu. Kamu harus bisa kuatin diri kamu sendiri”

Farel menggenggam tanganku seraya menguatkan aku saat tau air mataku terjun bebas dari mataku 

“tapi jangan khawatir, selama aku disini, aku akan jagain kamu”

“promise, rel?” tanyaku mencoba melakukan perjanjian 

“insyaAllah, selagi umurku masih cukup” ucapnya sambil tersenyum
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com