“hai rel” sapa seorang wanita pada farel, “apa kabar? udah
lama banget engga ketemu ya? makin ganteng aja” ledek wanita itu pada
farel sambil tersenyum genit
“hai, Alhamdulillah baik” jawab farel singkat “oh, aku kesana dulu ya” ucap wanita itu sambil menunjuk meja kantin yang lainnya
“hai, Alhamdulillah baik” jawab farel singkat “oh, aku kesana dulu ya” ucap wanita itu sambil menunjuk meja kantin yang lainnya
Kemudian
farel mengiyakan, aku yang dari tadi merperhatikan mereka hanya tertawa
dalam hati sambil menyantap nasi goreng buatan ibu yani, pemilik kantin
favoritku bersama farel, kami sering kesini setelah selesai kuliah atau
saat jam kuliah sedang kosong
“fans lagi tuh hahaha” ledekku pada farel “mulai deh” ucap farel mulai kesal
Deeeeeeeeeerrrtt deeeeeeeeerrrrtttt deeeerrrrrrtttttt
Handphone farel bergetar, aku yang mempunyai radar kepo yang sangat tinggi dengan cepat mengambil handphone farel di atas meja seperti kucing yang di beri ikan. farel yang sedang asik makan tidak kaget dengan kelakuanku yang mengambil handphonennya tiba-tiba itu, bahkan mungkin dia akan sangat heran jika handphonenya berbunyi tapi wanitanya ini tidak bereaksi apa-apa.
“siapa?” tanya farel sambil mengunyah nasih goreng seafoodnya
“biasalah fans kamu, nanya kamu lagi ngapain? udah makan apa belum?” ucapku agak sedikit meledeknya, padahal perasaanku sangat kesal.
“hahaha “ farel hanya tertawa melihatku manyun, ia tahu kalau wanitanya ini sedang cemburu. Kemudian farel mengambil handphonenya dari tanganku dan membalas sms dari salah satu fansnya itu
Aku yang mulai kesal tidak bernapsu untuk mengabiskan nasi gorengnku, nasinya bahkan aku acak-acak timunnya aku potong-potong tidak beraturan, tisu di meja aku potong kecil-kecil dan aku campurkan dengan nasi gorengku.
“tau deh ya yang punya fans” ucapku kesal“tuh kan mulai deh, yang tadi kamu baca smsnya itu dari adik kelas aku, dan aku sama dia engga ada apa-apa sayang”
Aku mengambil handphonenya lagi yang sudah ditaruh di atas meja “ini siapa?. Terus ini?, terus yang ini?, kemudian yang ini?, yang ini? Lalu yang ini?” kusebut namanya satu persatu, memaksa farel untuk menjawab pertanyaanku
“dia itu teman aku, dia itu adik kelas aku, dia itu temen aku di sekolah, dia itu temen rumahku, dia itu saudaraku” farel menjawab pertanyaanku satu persatu. “siapa lagi yang pengen kamu curigain?”
Aku terdiam, aku tak menyangka ia menjawab pertanyaanku sedetail itu
“aira… kamu percaya kan sama aku?” tanya farel padaku
“aku percaya kamu, tapi aku engga percaya sama fans-fans kamu itu”
“ hahahaha aku engga merasa punya fans loh” farel tak bisa menahan tawa. “lagi pula aku engga selalu balas sms mereka, dari pada aku balas sms mereka mending aku smsan sama kamu, yaa engga?” ucap farel meyakinkanku sambil mengedipkan matanya
Aku masih terdiam
“engga usah cemburu-cemburu engga jelas lagi ya sayang, percaya aja sama aku, kalau aku sayangnya sama kamu. Aku males bahas hal yang engga penting” ucap farel meyakinkan lagi
“kamu pikir aku suka kalau cemburu?”aku yakin semua orang engga ada yang suka sama yang namanya cemburu!” ucapku kesal
“bukan gitu maksud aku ra, tapi……”
aku memotong ucapan farel “udah lah rel, kamu emang engga pernah ngerti perasaan aku. Kalau aku disuruh milih aku juga engga mau ngerasain cemburu. Rasanya nyesek rel, sakit banget. Aku takut kehilangan kamu, Kamu tau kan rasanya gimana? Oh atau jangan-jangan kamu emang engga pernah ngerasain sama yang namanya cemburu. Jadi kamu anggap cemburu aku engga penting” emosiku sudah mulai tak terkontrol
“sayang dengerin aku ya, pria dan wanita itu punya cara tersendiri untuk mengatasi rasa takut kehilangannya. Tolong jangan samakan itu. Aku sangat takut kehilangan kamu, tapi bukan berarti aku harus over protective sama kamu, ngebatasin siapa aja yang deket samaa kamu. Tapi aku mengatasi itu semua dengan rasa percayaku sama kamu. Aku percaya kamu engga akan pernah kelain hati, mana mungkin sih bidadari aku tega ninggalin aku, ya kan?”
Aku menatap mata farel, mata itu benar-benar menenangkan. Aku tersenyum kearahnya. Sekarang perasaanku sudah membaik
“fans lagi tuh hahaha” ledekku pada farel “mulai deh” ucap farel mulai kesal
Deeeeeeeeeerrrtt deeeeeeeeerrrrtttt deeeerrrrrrtttttt
Handphone farel bergetar, aku yang mempunyai radar kepo yang sangat tinggi dengan cepat mengambil handphone farel di atas meja seperti kucing yang di beri ikan. farel yang sedang asik makan tidak kaget dengan kelakuanku yang mengambil handphonennya tiba-tiba itu, bahkan mungkin dia akan sangat heran jika handphonenya berbunyi tapi wanitanya ini tidak bereaksi apa-apa.
“siapa?” tanya farel sambil mengunyah nasih goreng seafoodnya
“biasalah fans kamu, nanya kamu lagi ngapain? udah makan apa belum?” ucapku agak sedikit meledeknya, padahal perasaanku sangat kesal.
“hahaha “ farel hanya tertawa melihatku manyun, ia tahu kalau wanitanya ini sedang cemburu. Kemudian farel mengambil handphonenya dari tanganku dan membalas sms dari salah satu fansnya itu
Aku yang mulai kesal tidak bernapsu untuk mengabiskan nasi gorengnku, nasinya bahkan aku acak-acak timunnya aku potong-potong tidak beraturan, tisu di meja aku potong kecil-kecil dan aku campurkan dengan nasi gorengku.
“tau deh ya yang punya fans” ucapku kesal“tuh kan mulai deh, yang tadi kamu baca smsnya itu dari adik kelas aku, dan aku sama dia engga ada apa-apa sayang”
Aku mengambil handphonenya lagi yang sudah ditaruh di atas meja “ini siapa?. Terus ini?, terus yang ini?, kemudian yang ini?, yang ini? Lalu yang ini?” kusebut namanya satu persatu, memaksa farel untuk menjawab pertanyaanku
“dia itu teman aku, dia itu adik kelas aku, dia itu temen aku di sekolah, dia itu temen rumahku, dia itu saudaraku” farel menjawab pertanyaanku satu persatu. “siapa lagi yang pengen kamu curigain?”
Aku terdiam, aku tak menyangka ia menjawab pertanyaanku sedetail itu
“aira… kamu percaya kan sama aku?” tanya farel padaku
“aku percaya kamu, tapi aku engga percaya sama fans-fans kamu itu”
“ hahahaha aku engga merasa punya fans loh” farel tak bisa menahan tawa. “lagi pula aku engga selalu balas sms mereka, dari pada aku balas sms mereka mending aku smsan sama kamu, yaa engga?” ucap farel meyakinkanku sambil mengedipkan matanya
Aku masih terdiam
“engga usah cemburu-cemburu engga jelas lagi ya sayang, percaya aja sama aku, kalau aku sayangnya sama kamu. Aku males bahas hal yang engga penting” ucap farel meyakinkan lagi
“kamu pikir aku suka kalau cemburu?”aku yakin semua orang engga ada yang suka sama yang namanya cemburu!” ucapku kesal
“bukan gitu maksud aku ra, tapi……”
aku memotong ucapan farel “udah lah rel, kamu emang engga pernah ngerti perasaan aku. Kalau aku disuruh milih aku juga engga mau ngerasain cemburu. Rasanya nyesek rel, sakit banget. Aku takut kehilangan kamu, Kamu tau kan rasanya gimana? Oh atau jangan-jangan kamu emang engga pernah ngerasain sama yang namanya cemburu. Jadi kamu anggap cemburu aku engga penting” emosiku sudah mulai tak terkontrol
“sayang dengerin aku ya, pria dan wanita itu punya cara tersendiri untuk mengatasi rasa takut kehilangannya. Tolong jangan samakan itu. Aku sangat takut kehilangan kamu, tapi bukan berarti aku harus over protective sama kamu, ngebatasin siapa aja yang deket samaa kamu. Tapi aku mengatasi itu semua dengan rasa percayaku sama kamu. Aku percaya kamu engga akan pernah kelain hati, mana mungkin sih bidadari aku tega ninggalin aku, ya kan?”
Aku menatap mata farel, mata itu benar-benar menenangkan. Aku tersenyum kearahnya. Sekarang perasaanku sudah membaik