Entah ini yang keberapa kali air mata ini menetes karena orang yang
sama orang yang dulunya benar-benar sangat aku cintai dan aku berikan seluruh
dari yang aku punya untuknya. Tapi lagi lagi dia malah menyia-nyiakan semuanya
dia justru malah menghancurkan semua yang telah kupasrahkan padanya. Aku sadar
hubungan percintaan tidak selalu berjalan lancar tapi apakah salah jika aku
selalu bermimpi mempunyai kekasih yang bisa menjadi apa yang aku impikan? Aku
memimpikan laki-laki yang tak pernah menorehkan segores luka pada haatiku
meskipun itu hanya sedikit. Tapi dia? Berkali-kali hatiku ditorehkan luka
mungkin sekarang hatiku sudah tertutup oleh goresan luka yang dipenuhi lebam
dimana-mana. Jujur saja aku sekarang sudah mati rasa, aku sudah tidak bisa
mencintai orang lain selain “dia” kusebut dia sebagai perusak hati, dia merusak
hatiku tanpa memberikan obat sebelum dia pergi dan mungkin takkan pernah
kembali, dia pergi dengan mantaan kekasihnya.
Aku tahu masalalu akan selalu kalah dengan masa sekarang karena
masa lalu hadir di belakang. Tapi bukankah kenangan itu ada? Dan akhirnya
kenangan itulah yang memanggil dia untuk menengok kembali masa lalunya. Lalu
sekarang apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus pasrah melihat seseorang
yang aku cintai menengok kebelakang dan kembali dengan masa lalunya? Apakah aku
harus ikhlas? Aku juga seorang perempuan yang memiliki rasa sakit hati, rasanya
pedih sekali, tubuhku gemetar saat aku mengetahui hal itu. aku tak percaya ini
semua terjadi padaku, aku tak percaya semuanya jadi hancur berantakan. Aku
masih sangat mencintainya. Sejujurnyaa aku belum bisa menerima semua kenyataan
ini, ini terlalu pahit kuaikui aku dendam dan ingin membalas semua yang pernah
dia lakukan terhadapku, aku mencintainya sekaligus membencinya.
Tapi ketika aku sadar membenci adalah bukan cara yang tepat untuk
mengeringkan luka saat itulah aku memutuskan untuk tidak mementingkan
perasaanku sendiri, aku hanya tak ingin terlihat egois jika terus-terusan
membenci pria yang pernah mengecewakanku, sejujurnya aku juga ikut andil dalam
kesalahan-kesalahan yang kami berdua perbuat. Tidak pantas rasanya jika aku
hanya menyalahkannya dan aku sendiri tidak merasa bersalah sedikitpun. Kami
berdua salah, dan rasanya juga tidak adil jika aku membenci dan menaruh dendam
padanya. Aku tahu, disini aku yang paling tersakiti. dan tidak munafik, aku
juga sangat kecewa dan sejujurnya aku tak ingin menjalin hubungan baik
dengannya lagi, tapi jika aku terus membencinya itu takkan mengeringkan luka
bahkan malah memperparah sakitnya.
Saat ini aku hanya berharap lukaku cepat kering, tak ada lagi sakit
saat melihatnya, tak ada lagi sakit saat mendengarnya bersama orang lain, dan tak ada lagi sakit saat aku
mengingat semua kenangan yang pernah kita lewati berdua. Aku tahu, luka takkan
dengan cepat mengering tapi setidaknya aku telah mencoba mengikhlaskan semuanya
meskipun itu butuh waktu yang panjang. Karena hanya dua cara untuk mengeringkan
luka yaitu dengan memaksa menyiramkan alkohol atau di biarkan dengan sendirinya
luka itu mengering entah sampai kapan keringnya.
aku lebih memilih cara yang pertama, karena dengan berjabat tangan dengannya menjalin sebuah hubungan pertemanan sama saja dengan memaksaku untuk menyiramkan alkohol di lukaku, rasanya sangat sakit. Tapi mau tidak mau, suka tidak suka itu adalah cara untuk mengeringkan luka dengan cepat. Dengan begitu aku tidak lagi merasa sakit yang berkepanjangan.
aku lebih memilih cara yang pertama, karena dengan berjabat tangan dengannya menjalin sebuah hubungan pertemanan sama saja dengan memaksaku untuk menyiramkan alkohol di lukaku, rasanya sangat sakit. Tapi mau tidak mau, suka tidak suka itu adalah cara untuk mengeringkan luka dengan cepat. Dengan begitu aku tidak lagi merasa sakit yang berkepanjangan.