Derrrttt deeerrtttt deeerrrttt
handphoneku bergetar tanda sms masuk, dan sudah ku ketahui siapa
pengirim smsnya
“Jadi?”
“Jadi?”
“iya, jemput ya!” dengan c
epat aku mebalas sms dari farel. Dan bersiap-siap mengeluarkan sepedaku
epat aku mebalas sms dari farel. Dan bersiap-siap mengeluarkan sepedaku
Hari ini kami sudah berjanji akan jalan-jalan sore,
sebenarnya bukan jalan-jalan lebih tepatnya bersepeda santai. Iya, kalau tidak
ada halangan aku dan farel rutin bersepeda setiap minggu sore untuk sekedar
bertemu dan melakukan hal gila seperti menertawakan pasangan yang sedang berjalan
kaki karena motornya mogok atau seperti saat ini kami sedang menertawakan
seorang wanita yang memeluk laki-lakinya dari belakang saat naik motor. Dan setelah
mereka sadar karena telah di tertawakan, farel dengan cepat mengayuh sepedanya
dan memberi aba-aba padaku untuk lebih cepat akupun mengikutinya
“hahha cape?” ucap farel tak bisa menahan tawa sambil
menggowes sepedanya pelan karena sudah berada jauh dari orang-orang itu
aku menggeleng “bagaimana mungkin aku capek, kalau jalan berdua sama kamu?”
Farel tersenyum
aku menggeleng “bagaimana mungkin aku capek, kalau jalan berdua sama kamu?”
Farel tersenyum
“duduk situ yuk” Setelah lelah menggowes Farel menunjuk
sebuah tempat pertambakan di depan sebuah bangunan pabrik
“katanya mau ke pantai, engga jadi?” protesku pada farel saat ia tidak jadi
mengajakku ke pantai
“kamu udah lelah, perjalanan ke pantai masih lumayan jauh. Lagipula pemandangan disini engga kalah bagusnya kok ra”
“kamu udah lelah, perjalanan ke pantai masih lumayan jauh. Lagipula pemandangan disini engga kalah bagusnya kok ra”
karena benar aku
sudah sangat lelah aku tak berkomentar apa-apa lagi aku mengikuti farel ke
sebuah pertambakan dan duduk di sana
“sebenarnya disini ada yang pengen aku tunjukin” ucap farel
“apa?” tanyaku penasaran
“merah saga” ucapnya singkat
“apaan itu?” tanyaku lagi tidak mengerti
“liat aja nanti, sabar ya. bentar lagi muncul”
“apa?” tanyaku penasaran
“merah saga” ucapnya singkat
“apaan itu?” tanyaku lagi tidak mengerti
“liat aja nanti, sabar ya. bentar lagi muncul”
Aku makin tidak mengerti apa itu merah saga. Tapi aku juga
tidak mau di bilang bawel kalau terus-terusan bertanya. Sambil menunggu merah
saga muncul kami menyibukkan diri dengan handphone masing-masing. Aku dan farel
jika bertemu memang jarang sekali berbicara banyak, kami biasa di sibukkan
dengan handphone masing-masing. Farel yang sibuk dengan mendengarkan mp3 di
handphonenya kemudian membalas sms dari beberapa fansnya sedangkan aku sibuk
berselfie ria
“sekarang tanggal 23 ya? aku tidak menyangka kita bisa
sampai sejauh ini” aku mulai membuka suara
farel melepaskan headset di telinganya “kamu menghitungnya?”
“tidak sengaja aku melihat tanggal tadi, memangnya kenapa?”
“apakah harus di hitung?” farel berbalik nanya kepadaku
farel melepaskan headset di telinganya “kamu menghitungnya?”
“tidak sengaja aku melihat tanggal tadi, memangnya kenapa?”
“apakah harus di hitung?” farel berbalik nanya kepadaku
aku terdiam, tidak menjawab pertanyaan farel
“entah mengapa aku tidak suka menghitung sudah berapa lama
kita bersama ra”
aku menatap mata farel kemudian ia melanjutkan perkataannya
lagi seperti mengerti ari tatapanku yang bermaksud “mengapa?"
“buatku tidak perlu dihitung, entah sudah berapa minggu,
bulan, atau tahun kita menjalani ini. Jalani saja apa yang sudah harus kita
jalanin. Tanpa perlu di hitung”
Lagi lagi aku terdiam
“jadi kalau ada yang nanya soal sudah berapa lama kita
bersama aku tidak perlu repot-repot menghitungnya lagi. Tapi aku akan jawab ‘selamanya’ gimana ra? Setuju kan kalau kita
tidak usaah menghitungnya lagi?
Aku mengangguk mengerti, hampir saja air mataku menetes lagi
“aira….. liat merah saganya!” farel menunjuk ke arah langit
“subhanallah” gumamku
Aku melihat matahari yang mulai tenggelang di ufuk barat inci per inci, aku yang terkagum-kagum atas keindahan ciptaan Allah tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memuji-Nya. Ini pertama kalinya aku melihat senja sedekat ini. Benar-benar indah dan sangat mengagumkan. Aku hanya bisa menangis melihat farel menunjukan merah saga yang sudah dari tadi ku pertanyakan.
“subhanallah” gumamku
Aku melihat matahari yang mulai tenggelang di ufuk barat inci per inci, aku yang terkagum-kagum atas keindahan ciptaan Allah tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memuji-Nya. Ini pertama kalinya aku melihat senja sedekat ini. Benar-benar indah dan sangat mengagumkan. Aku hanya bisa menangis melihat farel menunjukan merah saga yang sudah dari tadi ku pertanyakan.
“kamu tau darimana tempat ini rel?” tanyaku pada farel
sambil mengusap air mata “bytheway thanks ya rel untuk semua ini”
“aku sering kesini, liat merah saganya lebih dekat dari pada dari pantai. Kamu suka
ra?”
Aku mengangguk, dan kembali menikmati keindahan senja
“pulang yuk” ajak farel
aku menggelengkan kepala "engga mau"
"ayuukk, udah mulai gelap nih" ajak farel sambil menarik tanganku mencoba membangunkan saat aku tidak ingin beranjak dari tempat itu “nanti kesini lagi” katanya lagi
“janji?” ucapku mencoba melakukan penawaran
farel mengangguk
“baiklah” ucapku kemudian beranjak dari tempat itu dan kembali pulang
aku menggelengkan kepala "engga mau"
"ayuukk, udah mulai gelap nih" ajak farel sambil menarik tanganku mencoba membangunkan saat aku tidak ingin beranjak dari tempat itu “nanti kesini lagi” katanya lagi
“janji?” ucapku mencoba melakukan penawaran
farel mengangguk
“baiklah” ucapku kemudian beranjak dari tempat itu dan kembali pulang
Hari ini senjaku sangat sempurna, dan mulai detik ini tempat
itu ku beri nama merah saga. Karena di tempat itu aku bisa sangat jelas melihat
senja