Farel memang mudah sekali membuatku marah, tapi ia
juga selalu punya cara untuk membuatku tersenyum dan melupakan kemarahanku. Ia
tau kalau wanitanya ini mudah sekali di sogok dengan keindahan pantai. Siapa
yang tidak suka dengan pantai? Anginnya, pasirnya, ombaknya. Semuanya
benar-benar menyejukkan, dan kurasa aku tak punya daya lagi untuk marah jika
aku disuguhkan dengan keindahan pantai.
hari ini ia mengajakku ke pantai dan dengan senang hati aku mengiyakan ajakannya. Walaupun aku dalam keadaan kesal sekalipun. Tapi aku tau, jika aku udah melihat pantai amarahku akan hilang
“aaaaaaaaahhhhhhh pantai!!!!” ucapku kegirangan saat
melihat pantai, seperti anak kecil yang mendapatkan balon “aku kesana yaaaa!
Titip ini” ucapku menaruh tas kemudian berlari kearah pantai
Farel hanya tertawa melihat tingkaahku, kemudan ia
duduk di sebuah pondok yang berada tidak jauh dari pantai. Ia memperhatikanku
dari jauh
Aku melambaikan tangan pada farel berusaha
mengajaknya untuk menemaniku bermain air, tapi ia menggelengkan kepalanya dan
berkata “engga ah” sambil tersenyum
Kemudian aku berlari kearahnya dan duduk
disampingnya
“kenapa ra? Capek?” tanyanya padaku
Aku menggelengkan kepala kemudian meminum ice
cappuccino yang sudah di pesan farel saat aku bermain tadi
“lalu?” tanyanya lagi
“kamu suka pantai?” aku tak menjawab petanyaan farel justru aku mengembalikannya dengan pertanyaan juga
“of course!” ucapnya yakin. “kok nanyanya gitu ra?”
“kamu suka pantai?” aku tak menjawab petanyaan farel justru aku mengembalikannya dengan pertanyaan juga
“of course!” ucapnya yakin. “kok nanyanya gitu ra?”
Aku menggelengkan kepala
“kenapa sih emang? Aku suka pantai kok. Lagipula siapa
sih yang engga suka pantai? Pantai itu kan cipataan Allah yang indah menurutku”
aku menatap matanya “tapi mengapa setiap aku ajak bermain air atau cuma sekedar bermain pasir kamu tidak pernah mau? Rel, ntah kenapa aku merassa egois jika kamu selalu menemaniku ke tempat yang kuinginkan sedangkan kamu tidak menikmatinya”
aku menatap matanya “tapi mengapa setiap aku ajak bermain air atau cuma sekedar bermain pasir kamu tidak pernah mau? Rel, ntah kenapa aku merassa egois jika kamu selalu menemaniku ke tempat yang kuinginkan sedangkan kamu tidak menikmatinya”
Farel terdiam, seperti sedang berpikir mencari
alasan untuk menjawab pertanyaanku. Kemudian ia berdiri dari tempat duduknya
kupikir ia marah. Aku menundukkan kepalaku. Beberapa detik kemudian aku merasa
ada sesuatu hal aneh di kepalaku. Dan ternyata benar, farel menaruh pasir di
atas jilbabku dan sungguh ini menyebalkan. Kemudian ia berlari kearah pantai
aku berusaha mengejarnya
“awaaaasss kamu rel!!!!” umpatku padanya sambil
berlari mengejarnya
“coba sini kejar aku” ucap farel sambil meledekku menjulurkan lidahnya
“coba sini kejar aku” ucap farel sambil meledekku menjulurkan lidahnya
Aku memang bukan atlet lari, tapi untuk mengejar
priaku ini bukan hal yang sulit buatku. Akhirnya aku bisa menangkapnya, aku
menggelitiknya tanpa ampun
“aira hahaha ampun hahaa maaf engga lagi lagi hahaa
geli hahah” ucapnya kegelian
Aku yang tidak perduli ucapannya terus
menggelitiknya
“ampuuunnn ra” ucapnya memohon seperti keabisan
tenaga
“janji?
“iyaaaaaaaaaaaaaaaa”
“janji?
“iyaaaaaaaaaaaaaaaa”
Aku yang tidak tega melihatnya memohon seperti itu
berhenti menggelitiknya dan berjalan kearah pondok dan ingin pulang
“aira” panggil revan lembut
Ketika aku menengok, aku disiram air laut dan
basahlah tubuhku dan aku engga terima. Aku mencoba membalasnya lagi. Akhirnya
kami main siram-siraman sampai tubuh kami basah semua. Sambil tertawa-tawa kami
saling menyiram satu sama lain
Setelah merasa lelah kami duduk di atas pasir sambil
menunggu matahari tenggelam. Dan aku tak ingin melewati keindahan sunset. Aku
bahagia hari ini bisa bermain-main dengan farel tapi ada suatu hal yang masih
mengganjal dalam pikiranku dan belum ku temui jawaban sebenarnya.
“Ada apa dengan pantai rell?” tanyaku dalam hati
“Ada apa dengan pantai rell?” tanyaku dalam hati