Sunday, May 25, 2014

Ada Apa dengan Pantai, rel?




Farel memang mudah sekali membuatku marah, tapi ia juga selalu punya cara untuk membuatku tersenyum dan melupakan kemarahanku. Ia tau kalau wanitanya ini mudah sekali di sogok dengan keindahan pantai. Siapa yang tidak suka dengan pantai? Anginnya, pasirnya, ombaknya. Semuanya benar-benar menyejukkan, dan kurasa aku tak punya daya lagi untuk marah jika aku disuguhkan dengan keindahan pantai.

hari ini ia mengajakku ke pantai dan dengan senang hati aku mengiyakan ajakannya. Walaupun aku dalam keadaan kesal sekalipun. Tapi aku tau, jika aku udah melihat pantai amarahku akan hilang

“aaaaaaaaahhhhhhh pantai!!!!” ucapku kegirangan saat melihat pantai, seperti anak kecil yang mendapatkan balon “aku kesana yaaaa! Titip ini” ucapku menaruh tas kemudian berlari kearah pantai

Farel hanya tertawa melihat tingkaahku, kemudan ia duduk di sebuah pondok yang berada tidak jauh dari pantai. Ia memperhatikanku dari jauh

Aku melambaikan tangan pada farel berusaha mengajaknya untuk menemaniku bermain air, tapi ia menggelengkan kepalanya dan berkata “engga ah” sambil tersenyum

Kemudian aku berlari kearahnya dan duduk disampingnya

“kenapa ra? Capek?” tanyanya padaku

Aku menggelengkan kepala kemudian meminum ice cappuccino yang sudah di pesan farel saat aku bermain tadi

“lalu?” tanyanya lagi
“kamu suka pantai?” aku tak menjawab petanyaan farel justru aku mengembalikannya dengan pertanyaan juga
“of course!” ucapnya yakin. “kok nanyanya gitu ra?”

Aku menggelengkan kepala

“kenapa sih emang? Aku suka pantai kok. Lagipula siapa sih yang engga suka pantai? Pantai itu kan cipataan Allah yang indah menurutku”
aku menatap matanya “tapi mengapa setiap aku ajak bermain air atau cuma sekedar bermain pasir kamu tidak pernah mau? Rel, ntah kenapa aku merassa egois jika kamu selalu menemaniku ke tempat yang kuinginkan sedangkan kamu tidak menikmatinya”

Farel terdiam, seperti sedang berpikir mencari alasan untuk menjawab pertanyaanku. Kemudian ia berdiri dari tempat duduknya kupikir ia marah. Aku menundukkan kepalaku. Beberapa detik kemudian aku merasa ada sesuatu hal aneh di kepalaku. Dan ternyata benar, farel menaruh pasir di atas jilbabku dan sungguh ini menyebalkan. Kemudian ia berlari kearah pantai aku berusaha mengejarnya

“awaaaasss kamu rel!!!!” umpatku padanya sambil berlari mengejarnya
“coba sini kejar aku” ucap farel sambil meledekku menjulurkan lidahnya

Aku memang bukan atlet lari, tapi untuk mengejar priaku ini bukan hal yang sulit buatku. Akhirnya aku bisa menangkapnya, aku menggelitiknya tanpa ampun

“aira hahaha ampun hahaa maaf engga lagi lagi hahaa geli hahah” ucapnya kegelian

Aku yang tidak perduli ucapannya terus menggelitiknya

“ampuuunnn ra” ucapnya memohon seperti keabisan tenaga
“janji?
“iyaaaaaaaaaaaaaaaa”

Aku yang tidak tega melihatnya memohon seperti itu berhenti menggelitiknya dan berjalan kearah pondok dan ingin pulang

“aira” panggil revan lembut

Ketika aku menengok, aku disiram air laut dan basahlah tubuhku dan aku engga terima. Aku mencoba membalasnya lagi. Akhirnya kami main siram-siraman sampai tubuh kami basah semua. Sambil tertawa-tawa kami saling menyiram satu sama lain
Setelah merasa lelah kami duduk di atas pasir sambil menunggu matahari tenggelam. Dan aku tak ingin melewati keindahan sunset. Aku bahagia hari ini bisa bermain-main dengan farel tapi ada suatu hal yang masih mengganjal dalam pikiranku dan belum ku temui jawaban sebenarnya.
“Ada apa dengan pantai rell?” tanyaku dalam hati
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com