Aku menghirup udara dan
menghembuskan napas kemudian meminum coklat panas di gelas keduaku ini lalu
menatap hujan dari jendela. Ini adalah posisi tempat duduk favoritku di caffe
ini ketika hujan, karena aku bisa menatap dengan jelas rintik hujan yang sangat aku sukai. Bagaimana
mungkin aku tidak suka hujan? Aku selalu dapat mengingat kenagan masa kecilku
saat bermain hujan. Apalagi aroma tanah yang tersiram oleh air hujan bagaikan
heroin buatku tapi sayangnya aku tak bisa menghirup aroma tanah itu karena
tertutup oleh lapisan kaca.
“udah lama?” sapa seorang pria yang sudah sangat aku kenali suaranya itu.
“tidak, aku baru menghabiskan dua gelas coklat panas dan ini mau yang ketiga” ucap ku santai sambil tersenyum
“maaf ra, tadi itu…..”
sebelum farel melanjutkan bicaranya,
aku menatapnya dengan tajam. Dia tau wanitanya ini tidak suka alasan, karena
buatku alasan bisa saja suatu kebohongan untuk menutupi kesalahan, walaupun aku
tahu terkadang alasan bisa saja memang kejadian yang sebenaarnya, tapi tetaap saja
aku benci alasan apapun itu.
“oke… aku minta maaf. This the last,
dear”
Aku tersenyum kepada farel dan hujan
tetap saja punya pesona lebih menarik dari priaku ini, aku kembali menatap
hujan sambil menikmati coklat panasku lagi
“aira…” farel memanggilku dengan
berbisik
“iya?” jawabku
“maaf” ucapnya penuh penyesalan
“iya?” jawabku
“maaf” ucapnya penuh penyesalan
Aku tak menjawabnya, aku hanya
tersenyum kecil. Kemudian aku mengalihkan pandangan untuk memanggil pelayan
caffe
“apa kamu kesini hanya untuk meminta
maaf? Tidak ingin meminum sesuatu?”
farel tertawa kecil, kemudian melihat daftar menu yang diberikan pelayan kepadanya
“coklat panas satu, mas” ucap farel pada pelayan caffe
pelayan caffe kemudian tersenyum beranjak pergi meninggalkan meja kami dan mengambil buku menunya kembali
farel tertawa kecil, kemudian melihat daftar menu yang diberikan pelayan kepadanya
“coklat panas satu, mas” ucap farel pada pelayan caffe
pelayan caffe kemudian tersenyum beranjak pergi meninggalkan meja kami dan mengambil buku menunya kembali
“kamu mengikutiku? mengapa memesan
coklat panas sama sepertiku?”
“sepertinya coklat panas tepat untuk dinikmati saaat hujan seperti ini, lagipula aku melihat kamu begitu menikmati coklat panas itu daripada memilih berbicara padaku"
“sepertinya coklat panas tepat untuk dinikmati saaat hujan seperti ini, lagipula aku melihat kamu begitu menikmati coklat panas itu daripada memilih berbicara padaku"
Aku dan farel tertawa bersama, dan
terdiam lagi saat kita sama-sama menikmati hujan
“kamu tidak marah?” tanya farel
padaku saat pelayan caffe sudah berada agak jauh dari meja kami
aku menggeleng dan tersenyum lagi
“maafin aku sayang” ucapnya lembut
aku menggeleng dan tersenyum lagi
“maafin aku sayang” ucapnya lembut
aku tak menjawab lagi, hanya
mengambil buku jurnalku yang ada kalender kecil dan mencoret tanggal hari ini
kemudian menunjukan padanya
“ini apa?” tanya farel bingung.
“mengapa banyak sekali tanggal yang di coret?” tanyanya lagi
aku tersenyum dan menjawab “aku
mencoret tanggal setiap pertemuan kita.begitupun hari ini”
“mengapa?” tanyanya lagi dan membuatnya semakin bingung
“tidak apa-apa, hanya ingin mengingatkan saja kalau aku pernah memiliki kamu, mengabiskan hari-hariku dengan bertemu kamu. Ingatan tak selalu sempurna bukan? Aku tak ingin melupakan setiap detik demi detik pertemuan kita. Aku takut lupa. nanti memori otakku abis dimakan usia”
“mengapa?” tanyanya lagi dan membuatnya semakin bingung
“tidak apa-apa, hanya ingin mengingatkan saja kalau aku pernah memiliki kamu, mengabiskan hari-hariku dengan bertemu kamu. Ingatan tak selalu sempurna bukan? Aku tak ingin melupakan setiap detik demi detik pertemuan kita. Aku takut lupa. nanti memori otakku abis dimakan usia”
farel terdiam, entah apa yang dia pikirkan
yang jelas ia hanya menatapku dalam-dalam sambil menyimak setiap kalimat
perkalimat yang keluar dari mulutku ini
“pada setiap pertemuan kita, aku
selalu berharap pertemuan kita sempurna tidak ada pertengkaran kecil ataupun
besar sekalipun, aku tidak ingin merusak pertemuan kita, rel. Itulah sebabnya
aku tak ingin marah jika kamu hanya terlambat. Karena aku tau, kalau aku marah
aku bisa saja merusak suasana pertemuan yang seharusnya menyenangkan kan?.