Farel selalu tau saat dimana wanitanya ini sedang
tidak mood, ia memang sangat perhatian dengan mimik wajah dan gesture tubuhku. Aku tidak tahu apakah aku yang tidak bisa
menutupi darinya atau memang ia yang pandai sekali membaca pikiranku. Entahlah,
yang jelas saat ini aku memang benar-benar sedang tidak mood
“kenapa ra?” tanyanya sambil menatapku, seolah
penasaran sekali dengan apa yang membuat kekasihnya ini murung
aku hanya menggeleng, kemudian memanggil ibu kantin
untuk memesan minum. Dengan harapan semoga saja saja setelah minum perasaanku
jauh lebih baik
“kenapa aira?” tanyanya lagi dan sekarang sedikit
mengeraskan suaranya
“aku engga apa-apa” ucapku mencoba tersenyum
“bilang ngga!!” ucap farel sedikit memaksaku
bercerita
“dosen itu buat aku nangis di kelas tadi” kataku
murung
“di apain kamu?”
“udahlah, forget it!”
“masih engga mau cerita sama aku?"
“tadi aku dipermaluin di kelas, dibilang engga punya
sopan santun, dan yang paling buat aku sakit hati dia bilang kenapa bisa kampus
ini nerima orang kaya aku” kataku sambil meneteskan air mata ‘aku tau, aku
salah. Saat itu aku emang lagi berebut bahan kuliah sama temen sebelahku, itu
sambil bercanda rel, tapi kenapa harus ngomong sekasar itu?”
“tadi juga dosen itu buat aku marah, dia nuduh aku
engga bikin makalah, dia rendahin aku di depan anak-anak. aku harus lapor dosen
wali ra”
aku menggeleng “engga rel, engga udah di perpanjang.
Nanti malah nilai kamu jadi taruhannya”
“aku engga peduli dapet nilai D atau E sekalipun,
ini engga bisa didiemin terus ra, makin banyak nanti mahasiswa yang sakit hati
karena perkataannya” ucap farel mulai emosi
Farel adalah orang paling keras kepala yang aku
kenal, meskipun aku larang sambil memohon sekalipun ia tak pernah mendengarkan
ucapanku. Tapi walaupun dia keras kepala dia akan luluh saat melihat air mata
dari seorang yang ia cintai terjatuh
Aku menggenggam tangannya dan memohon sambil
menangis agar tidak lagi memperpanjang masalah ini. Aku tak tahu apakaah ia
mendengarkan ucapanku atau tidak yang jelas ia hanya terdiam. Dan setelah
beberapa menit kemudian ia mengeluarkan suara
“jangan nangis lagi, anggap aja engga pernah
terjadi” ucapnya sambil membantuku menghapus air mata
Aku mengangguk dan mencoba tersenyum
“rel” sapaku lembut “kamu selamanya sama aku kan?
Aku engga bisa ngelewatin semuanya sendirian, Aku takut.”
“takut kenapa?” tanyanya
“yaaa, takut aja. baru diginiin aja aku udah nangis
apalagi skripsi nanti? Pasti lebih kejam lagi kata-katanya”
“hahaha kamu harus kebal dong, kamu harus kuat.
Engga boleh cengeng” ucapnya memberiku semangat
“kuatin aku rel”
“kamu harus bisa sendiri, kalau kamu engga dibiasain
mandiri kamu bakal manja terus, kapan gedenya coba? Ucapnya sambil meledekku
dan menjulurkan lidahnya
“nyebelin banget sih, aku udah gede tau!” ucapku
kesal
“kalau gitu kamu harus mandiri, aira, engga
selamanya aku berada di samping kamu, aku engga bisa terus-terusan 24 jam
jagain kamu. Kamu harus bisa kuatin diri kamu sendiri”
Farel menggenggam tanganku seraya menguatkan aku
saat tau air mataku terjun bebas dari mataku
“tapi jangan khawatir, selama aku disini, aku akan
jagain kamu”
“promise, rel?” tanyaku mencoba melakukan perjanjian
“insyaAllah, selagi umurku masih cukup” ucapnya
sambil tersenyum