Terimakasih, Maaf, dan Selamat Tinggal
Kupikir ini adalah yang terakhir, ternyata aku
salah. Semuanya memang tak bisa benar-benar dipercaya. Setelah ini, aku takkan
percaya lagi apapun itu segala hal yang menawarkan kebahagian sesaat. Kini aku
merasakan sakit yang kupikir aku takkan pernah menangis lagi, ternyata aku
memang salah besar. Cinta memang selalu menimbulkan berbagai luka. Aku takkan
mencinta lagi, sebab aku hapal betul bagaimana alurnya. Bahagia diawal kemudian
sesak di akhir. Untuk saat ini, biarkanlah waktu yang memudarkannya, biarkan segala
hal yang menyakitkan hilang ditelan masa.
Aku lelah,
bagaimana mungkin orang yang menyembuhkan luka malah
kini menimbulkan luka baru yang lebih parah?
bagaimana mungkin orang yang tak suka melihat wanita menangis kini malah membuat air mataku jauh lebih deras?
bagaimana mungkin orang yang kupikir adalah sumber bahagia justru malah kini sumber kesakitan?
bagaimana mungkin orang yang tak suka melihat wanita menangis kini malah membuat air mataku jauh lebih deras?
bagaimana mungkin orang yang kupikir adalah sumber bahagia justru malah kini sumber kesakitan?
bagaimana mungkin?
Aku sama sekali tidak marah, hanya saja sedikit
kecewa. Hal yang paling ku takuti terulang lagi, bukankah sudah berkali-kali
aku bilang jangan pernah melakukan hal itu? Sungguh, perbuatan itu tak bisa
kuterima dengan lapang dada.
kembalinya kau bersama dia memang pernah ku bayangkan sebelumnya dan sakitnya
begitu nyata, dan kini semuanya menjadi kenyataan, bahkan jauh lebih sakit dari
yang ku bayangkan.
Sadarkah bahwa ini adalah hati yang bisa patah?
Aku pernah memberi hatiku sepenuhnya, tanpa separuh
dengan luka yang masih ada kemudian kau dengan berbaik hati menyembuhkannya
tanpa ada satu gorespun yang tersisa. Tapi kini kau mengembalikannya dengan
berbagai lebam baru, lalu pada siapa lagi aku menyembuhkannya?
Ah, sudahlah..
Sungguh, aku ingin menutup hatiku,
Aku lelah terluka lagi, lagi, dan lagi. Seakan hati
tak layak untuk bahagia.
Maaf, untuk menutupnya. Jika kau ingin pergi kunci
lah dari luar sama seperti yang ia (masa laluku) lakukan dan buang kunci itu dimanapun terserahmu, aku
hanya tak ingin membukanya lagi. Sebab bagaimanapun akhirnya luka tetaplah
luka. Entah bagaimana menyembuhkannya, semua memang sudah seperti itu adanya.
Terimakasih atas sesaatnya, sebab bagaimanapun juga
sesaat itu telah membuat aku tersenyum
bahagia. Iya, meskipun hanya sesaat.
dan, maaf jika aku harus pergi, sebab bagaimanapun juga rasa itu masih ada dan sakit itupun masih nyata. Jika aku terus berada disini, entah harus berapa sayatan lagi yang aku torehkan dihati ini.
dan, maaf jika aku harus pergi, sebab bagaimanapun juga rasa itu masih ada dan sakit itupun masih nyata. Jika aku terus berada disini, entah harus berapa sayatan lagi yang aku torehkan dihati ini.
Terimakasih, maaf, dan selamat tinggal