Aku
selalu mencoba mempertahankan hubunganku dengannya dengan sekuat tenaga,
berbagai cara telah aku tempuh agar aku dan dia masih bisa bersatu. Aku
berusaha untuk merubah sifat egoisku, meredam amarahku, menyembunyikan rasa
cemburuku yang terbakar api, merubah sifat manjaku dan melakukan setiap apa
yang ia inginkan, bahkan aku merasa bukan menjadi diriku sendiri.
Setiap
kami berbenturan aku selalu mencoba untuk mengalah agar salah satu diantara
kami tidak ada yang hancur, aku selalu mengingat kata yang ia selalu ucapkan
padaku yaitu “batu di adu batu akan ada yang hancur, meskipun hanya salah satu
yang hancur, tetapi dua-duanya akan merasa sakit” kata-kata itu yang selalu
terngiang dalam benakku saat kami berbenturan. Itulah sebabnya lebih baik aku
mengalah sebelum ada salah satu diantara kita hancur dan juga sebelum diantara
kita sama-sama sakit
sampai
tiba saatnya semua cara yang aku lakukan tak bisa membuatnya bertahan lebih
lama disampingku, semua cara yang ku usahakan nihil. Dan sampai akhirnya kami
berbenturan lebih keras tak ada lagi cara yang bisa ku lakukan, aku telah kehabisan cara untuk mempertahankan hubungan
ini, jalan damai sudah tak bisa lagi di tempuh dan aku memilih pergi, aku
memilih pergi bukan karena aku tidak mencintainya lagi, tapi karena aku tak
ingin ia terus-terusn terbebani olehku
jadi
lebih baik aku memilih pergi, karena cinta kami buntu~