Melepasnya, seseorang yang sangat amat aku cintai bukanlah hal yang
mudah buatku, terlebih semakin hari rasa sayang itu semakin bertambah. Bahkan
untuk tidak mengingatnya sehari saja aku tak sanggup, bayangannya selalu muncul
setiap saat. Begitu sering terlintas kenangan antara aku dan dia. Bukan sedikit
tapi sangat baanyak kenangan yang aku dan dia lakukan. Cukup menguras otak
untuk berpikir bagaimana caranya melupakan dia, ia dia seseorang yang sudah
kurang lebih menemaniku selama satu tahun lamanya, menemaniku disaat aku
benar-benar terpuruk, mengulurkan
tangannya agar aku bisa berdiri, membantuku menopang tubuhku agar aku tak jatuh
di dunia yang kejam ini. Ia dia, dia yang selaluu ada disampingku saat senang
maupun sedih dan dia juga yang membuatku bertahan di tanau rantau.
Aku tahu seharusnya aku berterimakasih
banyak padanya, karena banyak melakukan hal-hal yang membuatku menjadi wanita
yang dewasa, tapi sakit tetaplah sakit. Dia sudah berpura-pura mencintaiku,
berpura-pura menyayangiku dengan tulus, tapi nyatanya yang ia cintai hanya masa
lalunya. Aku tak tahu dia menganggapku apa selama ini, apakah aku hanya
pelarian? Atau aku hanya boneka yang bisa seenaknya ia ajak main dan
ditinggalkan jika sudah bosan?
Rasanya aku ingin berbicara empat mata padanya, meminta penjelasan yang seharusnya dijelaskan, aku ingin ia menjawab pertanyaan yang selama ini selalu mengganggu dalam benakku. Tapi aku tak sanggup lagi bicara padanya, rasa benci itu ada, rasa sakit itu tetap ada. Aku muak berbicara dengannya lagi, rasanya aku tak ingin lagi melihat wajahnya, lagipula aku sudah bisa menerka-nerka jawaban dari pertanyaanku sendiri, aku tahu ia hanya berpura-pura selama ini. Kalau boleh meminta aku tak ingin bertemu dengannya lagi. Tapi apa daya? Kami dipertemukan bukan untuk dipisahkan saat ini, aku dan dia harus bersabar lebih banyak untuk tetap bertemu selama tiga tahun kedepan, aku cuma bisa berharap luka ku cepat sembuh dan aku bisa bertahan lebih lama untuk masih tetap menatap matanya setiap hari
Aku tahu di dalam lubuk hatiku yang paling dalam meskipun aku membencinya karena perbuatannya selama ini padaku aku masih sangat mencintainya, tanpa berkurang sedikitpun rasa cinta itu. Tapi, aku tak bisa menerima perbuatannya gitu aja, dendam itu ada, sakit itu juga ada, dan itu sangat nyata. Aku tahu dendam dan membenci tak ada gunanya justru hanya membuat aku semakin sakit. Saat ini aku hanya berserah padamu yaAllah, tolong beri aku ketenangan hati, jadikan aku termasuk orang-orang yang ikhlas. Aamin Allahuma Aamin.