Terkadang
aku ingin menangis sekencang-kencangnya pada pelukanmu, maraung-raung
mengungkapkan segala pedih yang selalu tercipta di setiap helaan napas. Setiap
saat itu tiba, ku tepis keinginan yang mungkin takkan pernah terjadi itu, ku
hilangkan semua angan yang sampai kapanpun hanya akan menjadi angan-angan., ku
simpan segalanya dalam sebuah kotak memori yang mungkin takkan pernah kubuka
lagi.
Kali
ini aku merasa sepi, tak ada bahu yang bisa kusandarkan, tak ada lagi yang
mengusap tetesan air yang kian membasahi pipi, dan tak ada lagi sosok yang dulu
selalu menguatkan. Kini semua terasa hampa, benar-benar kosong, sepi dan mati.
Kupikir aku ingin segera melenyapkan perasaan yang kian membuat segala sesak
yang tak pernah henti, segala sakit yang tak tertahankan lagi, segala pedih
yang kian terasa perih. Tapi.. aku tak punya daya dan kekuatan untuk itu.
Perasaan itu selalu saja menghampiri, upayaku untuk menghindar tak pernah
berhasil, perasaan itu selalu saja menghantui di sela-sela malam yang gigil.
Kopi
ini terasa benar-benar pahit, kelam, hitam dan tak ada sedikitpun
rasa manis yang masuk ke dalam kerongkongan. Rasanya ingin sekali ku muntahkan
semuanya, ku buang segala kepahitan yang selama ini ku alami, tapi sudah
terlanjur ku telan habis hingga yang tersisa kini hanya ampas. Sengaja aku
habiskan semuanya karena kupikir pahitnya akan segera berakhir dengan rasa
manis, tapi ternyata dugaanku salah atau mungkin saja belum terasa? Entahlah,
kerongkonganku masih saja pahit.
Apakah
engkau merasakan hal yang sama, wahai tuanku? Merasa rindu tapi enggan untuk
mengungkapkan, perasaan gigil yang di sebabkan oleh kesepian yang tak
berkesudahan, perasaan ingin mengulang kembali putaran filem yang diperankan
oleh kita berdua? Perasaan sesak saat siluet kenangan kecil lewat begitu saja? Apakah
kau juga merasakan hal yang sama? Aku rindu, kesepian, dan ingin sekali mengulang saat-saat indah itu. Apakah kau merasakan
hal yang sama?
Entahlah,
rasanya aku ingin mengakhiri semuanya. Aku tak mau merasakan kepedihan ini
lagi. Sampai kapan aku terus seperti ini? Sampai kapan? Kadang aku ingin
berteriak “aku lelah” dan melepaskan segala beban dipundak dan segala tumpukan rasa
sakit. Selalu saja seperti itu, berkali-kali, hingga aku muak dan tak sanggup
lagi untuk berdiri. Tak sanggup untuk bangkit menghadapi dunia yang sangat amat
kejam.