Hari ini adalah hari
yang melelahkan sekaligus menyenangkan buat saya pribadi, melihat anak-anak
penerus bangsa tersenyum berantusias dengan kedatangan kami partisipan dari Jaroe Aceh Youth Community (JAY_C), para guru-gurupun tak kalah antusiasnya mereka
menyambut kami dengan baik dan juga ikut serta dalam kegiatan ini. Kami menemui
mereka bertujuan untuk menyemangati, memberikan mereka motivasi akan kesuksesan
dan cita-cita yang harus diraih. Sungguh sangat menyenangkan melihat mereka
tersenyum. Jujur awalnya saya sangat tidak menyukai menjadi pengajar mengajari
anak-anak yang dalam bayangan saya susah diatur bandel, tapi setelah saya
melihat anak-anak ini membuat saya berpikir dua kali untuk tidak menyukai
anak-anak yang lucu ini. Sebenarnya bukan tidak menyukai anak-anak tapi saya
sangat malas bersosialisasi dengan orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya
tapi dengan adanya komunitas-komunitas yang saya ikuti membuat saya membuka
mata lebar-lebar bahwa berinteraksi dengan sesama sangatlah penting, karena
dengan mengenal orang-orang baru kita dapat belajar hal-hal baru juga.
Kami mengikut sertakan
kelas 3,4,5,6 semuanya digabung dalam satu kelas mereka hanya berjumlah 43
orang siswa, sungguh sangat disayangkan mengingat pendidikan sangat penting
tapi sekolah yang dijadikan sebagai tempat belajar malah sedikit sekali
peminatnya, terlebih sekolahnya jauh dari rumah penduduk, jadi anak-anak harus
jalan kaki atau naik sepeda yang jaraknya cukup jauh. Tempatnya dikelilingi
pohon-pohon dan bisa disebut hutan. Rumah yang jarang-jarang cukup jauh antara
satu rumah dengan rumah lainnya mungkin juga menjadi penyebab SDN Nisam Antara
memiliki sedikit murid. Tapi itu tidak menjadi halangan bagi tenaga pengajar yang
berjumlah 14 orang itu, mereka tulus menciptakan siswa-siswi yang berprestasi
walaupun sebenarnya mereka berharap pemerintah melihat sekolah mereka dan
membantu membangun untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang layak. Mereka juga
berharap pemerintah membuatkan lapangan yang kondusif, karena jika hujan
lapangan tersebut becek dan anak-anak tidak bisa mengikuti upacara bendera
maupun berolahraga atau sekedar bermain.
Mereka sunggu manis, ketika
dibagikan kelompok dan saya dipilih sebagai kakak asuh mereka. Kemudian saya
merangkul mereka ada salah satu gadis kecil nan cantik bertanya kepada saya “nama kakak siapa?” saya
tersenyum dan menjawab “kak zahra” ia nyengir menampakan gigi kelincinya,
sangat manis. Kemudian saya melihat gadis kecil yang tak kalah manisnya ia
sangat pendiam dan membuat saya penasaran. Saya merangkulnya dan bertanya “kamu
kenapa?” dia tidak menjawab sama sekali, hanya memainkan tangannya khas anak
kecil yang sedang grogi. Teman sebelahnya menjawab “dia tidak berbahasa Indonesia
kak” . awalnya saya tidak mengerti apa maksud dari perkataan temannya tapi
setelah saya mencernanya baik-baik akhirnya saya paham bahwa maksudnya gadis
kecil ini tak bisa berbicara bahasa Indonesia, ia hanya bisa berbahasa Aceh. Sungguh
disayangkan memang, tinggal di Indonesia tapi tidak bisa berbahasa Indonesia. Memang
tidak salah jika ia menjunjung tinggi bahasa Aceh sebagai bahasa kesehariannya
tapi bukankah bahasa persatuan Indonesia adalah bahasa Indonesia sesuai dengan
yang tertera di sumpah pemuda? “ia ngerti bahasa Indonesia, tapi untuk
berbicara dia ga bisa kak, bisa cuma dikit-dikit” tambahnya lagi sambil
tersenyum saat saya sedang melamun memperhatikan si gadis pendiam ini. Saya pun
ikut tersenyum dan kembali menyuruh mereka melanjutkan membuat menara yang disuruh ka syifa seorang
mc dalam kegiatan ini. Menara ini bertujuan agar mereka membuat replika untuk menggantungkan
cita-cita mereka setinggi dan sekokoh menara yang mereka buat sendiri. Menara
yang hanya berbahan sedotan ini akhirnya berdiri kokoh dan tinggi dan mereka
berjanji akan menjadikan cita-citanya seperti menara tersebut.
Sungguh perjalanan yang
sangat melelahkan, melewati jalan-jalan yang berlubang, barbatu, becek dan
harus naik turun tanjakan membuat adrenalin kita terpacu. pemandangan sepanjang
perjalanan yang Allah sajikan sungguh membuat saya menganga dan hanya bisa berucap
“subhanallah”. Pohon-pohon besar, sungai-sungai yang mengalir diatasnya air
bening, jurang yang terjal, sawah-sawah nan hijau, merupakan simpanan kekayaan
Indonesia. Saya bersyukur bisa datang menunjungi sekolah di desa gampong alue
papen ini, membuat saya tahu bahwa banyak sekolah-sekolah yang harus
diperhatikan kelayakannya, mungkin ini hanya satu yang saya tahu, tapi di
tempat lain masih banyak lagi sekolah-sekolah yang perlu diperhatikan
pemerintah. Saya berharap pemerintah membuka mata lebar-lebar akan hal ini,
bukankah pendidikan sangat penting?