Hay
gimana kabarmu? Duh aku canggung mengirimu surat, sudah lama aku tak mengirimu
surat sejak kita benar-benar berpisah kan? Kau ingat kapan terakhir aku
mengirimmu surat? Ah .. aku saja lupa, lagipula kita juga harus menjaga jarak
bukan? Haha iya, karena kita bukan apa-apa lagi. Oh iya, ada yang ingin
kuberitahu tapi sebelum aku memberitahu hal ini maukah kau berjanji padaku
untuk tidak marah? Atau melototiku seperti saat aku memesan mie di kantin? Kau tahu?
saat kau memelototiku sama seperti harimau yang ingin sedang memakanku
hidup-hidup haha berlebihan memang, tapi jujur aku benar-benar takut jika kau
bersikap seperti itu, rasanya tubuhku lemas jika kau marah atau bersikap dingin
kepadaku. Hmm baiklah kembali ke laptop, aku ingin memberitahu hal yang mungkin
memang akan memancing amarahmu, tapi ku harap kali ini kau bisa meredakan
amarahmu.
Na,
beberapa hari yang lalu aku tertimpa musibah aku kehilangan dompetku saat aku
mengikuti diklat ukm creative minority aku tak tahu bagaimana percisnya aku
kehilangannya entah karena diambil orang atau aku lupa menaruh kembali ke tas saat
aku mengeluarkan dompet atau mungkin karena tercecer dimana entahlah akupun
bingung aku gatau harus gimana lagi. Menangis? Haha tentu saja, kau tau aku
perempuan yang mudah sekali menangis jadi wajar saja aku menangis jika aku
menghadapi ini padahal aku sudah berusaha untuk tetap tegar, tapi tetap saja
air mata tak pernah permisi untuk keluar dari mata. Sungguh tidak sopan, kan?.
Usaha? Iya, aku udah berusaha mencarinya membongkar isi tasku, mencari di
pakaian kotor, saat itu juga kamarku ku bongkar hingga berantakan untuk mencari
dimana dompetku. Oh iya, jujur aku sempat putus asa dan pasrah jika dompetku
tidak kembali. Tapi intan menyuruhku ke orang pintar dan sungguh saat itu aku
menolak mentah-mentah karena orang pintar sama saja dengan dukun kan? Aku tak
mau kalau karena aku ke dukun amal ibadahku di tolak sama Allah selama empat
puluh hari. Tapi bang ferdian dan yang lainnya menyuruhku ke tengku, yaAllah
harus berapa kali aku bilang pada mereka aku tak percaya dukun, tapi mereka
bersikeras kalau tengku itu bukan dukun. Tengku melalui ayat suci al-quran
sedangkan dukun pake jampi-jampi. Aaah entahlah, karena aku sudah putus asa
akhirnya aku menuruti kata mereka ke tengku itu awalnya ku harap ini sebagian
dari ikhtiarku daripada aku hanya diam meratapi dompetku yang hilang lebih baik
aku usaha untuk menemukan dompetku kan?. Tengku itu bilang dompetku di ambil
orang, kawan terdekat katanya. Jujur saja aku sempat terpengaruh kata-katanya
dan mencurigai temanku sendiri, jahat kan aku? Hih--- di minggu kedua aku ke
tempat itu lagi dan tengku itu bilang aku harus menggeledah tas temanku itu,
esoknya aku minta temanku yang satu lagi buat menggeledah tas temanku itu saat
ia sedang sholat dan finally? Di tasnya gada dompetku. Hufftt jahat kan aku
sudah mencurigai temanku sendiri? Dan aku semakin engga percaya dengan kata-kata
tengku itu saat ia meminta tarif pembayaran sebesar tujuh puluh ribu? Wow!
Kalau misalnya ia tulus membantuku dengan ayat-ayat suci al-quran mana
mungkinkan ia pakai tarif? Tengku itu menyuruhku datang lagi sebenarnya minggu
kemarin tapi aku memutuskan untuk tidak datang karena aku sudah tak
mempercayainya lagi, aku takut Allah murka padaku karena telah berbuat syirik
Rasanya aku benci diriku sendiri seharusnya aku tetap meminta pertolongan keada
Allah dan percaya hanya pada-Nya bukan kepada tengku itu. Aku merasa bersalah
pada Allah. kini aku pasrah jika dompetku hilang, jika masih rezeki dompet itu
akan kembali dengan sendirinya bukan? Dan mulai saat ini aku sudah tak mempercayai tengku lagi, na. saat ini aku
harus mulai mengurus surat-surat dalam dompetku seperti ATM,KTM,KTP,STNK,SIM.
Kalau boleh jujur aku membutuhkanmu untuk berada disampingku, menemaniku
mengurus surat-surat itu aku tak sanggup jika mengurusnya sendiri. Oh iya itupun
kalau kamu tidak keberatan.
hhmmm
sebenarnya inti dari aku mengirim surat ini bukan mengenai soal dompet, tpi
mengenai soal…… haduhhh hmmm aku takut sebenarnya memberitahu hal ini tapi
sepertinya kau harus tahu. Hmm bukan cuma sekedar dompet beserta surat-surat
penting yang hilang, tapi…… hmmm tapi,,,,, hmmmm iya iya aku beri tahu, hmmm
haduuhh deg-degan… aku tahu kamu pasti
marah… oke oke aku beritahu sebenarnya aku juga kehilangan eidelweiss
pemberianmu waktu itu na, maafin aku… aku menyelipkan eidelweiss itu beserta
fotomu dalam dompetku. Aku tahu ini bukan
pertama kalinya aku menghilangkan barang pemberianmu, aku ingat kalau aku juga pernah
menghilangkan jaketmu waktu itu. Tapi sungguh ini diluar kehendakku, ku harap
kau memaklumi keteledoranku akan hal ini, aku mohon maaf… aku ingat saat kamu
menyerahkan bunga eidelweiss itu kamu bilang padaku “ini eidelweiss aku
satu-satunya, tolong jangan di ilangin simpan baik-baik” aku masih merekam
kata-katamu na, tapi aku tak tahu kalau dompetku hilang dan menghilangkan juga
eidelweiss didalamnya, kau mau kan memaafkan aku? sama seperti saat aku menghilangkan
jaketmu? Kau pernah bilang “itu cuma jaket sayang, kalau aku yang kehilangan
kamu baru aku sedih. Mana mungkin aku marahin kamu cuma karena sebuah jaket? Biasa
aja kali” aku harap kau juga dapat bersikap meredam amarahmu sama seperti saat aku
menghilangkan jaket itu. Aku tahu kau memetik eidelweiss itu juga butuh
pengorbanan naik gunung. Tapi,,, kau tau aku seperti apa, kadang kecerobohanku
ini keterlaluan… oh ya satu lagi aku diajak liburan ke burni telong sama bang
ferdian dan anak ukm lainnya. Rencana aku mau ikut karena aku harus mengganti
eidelweissmu. Aku harus memetik bunga eidelweiss itu untuk mengganti eidelweiss
yang aku hilangkan. Semoga aja di bolehkan. Bagaimana menurutmu kau
mengizinkanku kan?